All is too special to forget

Monday, November 22, 2010

On 5:42 AM by Unknown   No comments
Anak-anak raja dari Kerajaan Baitul sering merasa kesepian. Bukan karena tiada teman untuk bermain tetapi lebih dikarenakan kebosanan yang menyelimuti masa kanak-kanak mereka. Bisa dimaklumi, tembok-tembok tinggi nan megah yang mengitari wilayah birokrat kerajaan memaksa mereka berdiam diri di dalamnya. Pun, peraturan raja yang ketat bahwasanya seluruh anaknya, dari permaisuri ataupun selir, harus tetap berada di dalam isatan. Seluruh fasilitas dipenuhi. Enak deh pokoknya. Tetapi, tetap saja kebosanan begitu dominan.
Hingga tiba suatu hari, setelah lelah bermain kejar-kejaran, mereka istirahat dan meneguk banyak air di dalam kendi-kendi yang disedakan pelayan kerajaan. Seraya istirahat, mereka saling hina dan cemooh satu sama lain sebagai bentuk keakraban. Juga saling sindir sesama lelaki, kira-kira berjumlah 7 orang, dan 3 perempuan. Begitulah sampai mentari berada pada titik puncak perjalannannya.
“Hoi, mau kemana kau? Kok pergi?”
“Aku kebelet pipis”
“Halah alas an saja kau ini, kau memang begitu kalau kalah bermain. Selalu saja pergi”
“Aku memang kebelet pipis. Gak percaya banget sih! Niiiiii. . . ”, sontak dia keluarkan air kencingnya ke tubuhnya. Hendak dia marah berat pada saudaranya itu. Tetapi . . .
“Hei saudara-saudaraku, lihatlah ke sini!!!”, teriak saudara yang lain dari ujung sana.
“Ada apa?”
“Lihatlah aku bisa membuat lukisan indah dengan air kencingku ini. Lihatlah, ini adalah ayah, ini ibu, dan ini paman.” Sambil menunjuk.
“Wah, aku akan coba”, “Lihatlah ini kita semua!!!”, sambil menggambarnya di dinding.
“Woi,,woi,,woi aku juga bisa bisa lihatlah!” dari ujung tempat yang lain.
“Apa saudaraku?”
“Aku bisa membuat apa pun bentuk yang aku mau dengan ini. Tadi aku kencingi pasir ini dan kemudian aku bentuk pasirnya menjadi bentuk ini: istana. Lihatlah, hebat bukan!”
“Kau hebat saudaraku, kau hebat sekali.”
Larut mereka pada permainan yang baru saja mereka nikmati. Semua berpartisipasi dengan kencing-kencing mereka yang tumpah di atas pasir, mereka bangun sebuah istana megah. Istana yang mereka dambakan untuk masa depan. Berikut para prajurit impian mereka dan permaisuri mereka. Gelak tawa dan celoteh lugu penuh menyelimuti hati mereka dalam permainan.
“Ternyata kita hebat ya!! Ayah mewariskan bakat seni kepada kita semua. Tidak tanggung-tanggung, kita semua bisa.”
“Kau benar saudaraku. Dengan kencing ini, kita bisa berseni. Luar biasa.”
Begitulah hingga hari-hari berikutnya, mereka tak lagi risih setiap kali hendak kencing yang dianggap, sebelumnya, hanya kotoran tubuh saja. Tidak,, kini mereka bisa berseni.
“Kalian sedang apa anak-anakku akhir-akhir ini? Ayah perhatikan, kalian begitu bahagia.”
“Kami sedang berseni, wahai ayah!”, dia memperhatikan segala gerak-gerik mereka.
“Kalian menggunakan air kencing kalian itu untuk berekspresi? Hebat kalian, anak-anakku. Kalian menggunakan barang-barang tiada guna menjadi karya-karya hebat. Luar biasa. Air.. air… Air seni”
“Apa itu air seni Ayah?”
“Air seni adalah air kebebasan, kemerdekaan, kemegahan. Dengannya, hilang segala gundah gulana, sedih, dan nestapa. Dan dengannya pula, kalian luapkan mimpi-mimpi kalian. Aku yakin suatu hari nanti, kerajaan ini akan megah dengan air itu: A.I.R. S.E.N.I.”

Ajar Sagobi
BaitApat, Yogya
21112010/0615am

0 comments:

Post a Comment